Running Text

ADVOKASI HAJI DARI DAN UNTUK JAMAAH (KLIK DI SINI) PENINGKATAN LAYANAN HAJI 2017 BUKAN CERITA 'DONGENG' (KLIK DISINI) ABDUL DJAMIL, PEMIKIR CERDAS DAN TOKOH PERUBAHAN HAJI INDONESIA (KLIK DISINI) AFFAN RANGKUTI: SELAMAT DATANG JEMAAH HAJI INDONESIA SEMOGA MENJADI HAJI MABRUR” AL WASHLIYAH MENGUCAPKAN “DIRGAHAYU KEMERDEKAAN RI KE-71, NKRI HARGA MATI” AL WASHLIYAH MENGUCAPKAN “SELAMAT JALAN JEMAAH HAJI INDONESIA 2016 SEMOGA MENJADI HAJI MABRUR” DAFTAR NAMA BERHAK LUNAS HAJI REGULER TAHAP I TAHUN 2016 (KLIK DISINI) KEMENAG DAN DPR SEPAKATI BPIH 2016 TURUN 132 USD DAFTAR NAMA BERHAK LUNAS HAJI KHUSUS TAHAP I TAHUN 2016 (KLIK DISINI) SELAMAT ATAS KEMENANGAN MUSA LA ODE ABU HANAFI YANG MERAIH JUARA KETIGA DALAM AJANG MUSABAQAH HIFZIL QURAN (MTQ) INTERNASIONAL DI MESIR SELAMAT ATAS LAHIRNYA CUCU PRESIDEN JOKO WIDODO DASAR HUKUM MENJERAT TRAVEL HAJI DAN UMRAH NAKAL (KLIK DISINI) POTENSI PDB INDUSTRI JASA UMRAH 16 TRILYUN RUPIAH PER TAHUN JOKOWI AJAK TWITTER SEBARKAN PESAN TOLERANSI DAN PERDAMAIAN MENAKAR INDUSTRI JASA HAJI DAN UMRAH NASIONAL DI ERA PASAR BEBAS ASEAN SELAMAT ATAS PELANTIKAN SOETRISNO BACHIR MENJADI KETUA KEIN KAPOLRI BERTEKAD PERANGI AKSI TEROR

Minggu, 24 September 2017

'Nano-nano': Perlukah Introspeksi Massal?

Infografis tentang generasi milenial
Infografis: tirto.id
Jakarta (WarkopPublik)--Suatu hari, aku mencoba meminta pendapat tentang paham, keyakinan dan ideologi pada anak muda yang lahir di era 86-an. Dia bukan anak yang tidak berpendidikan. Sangat berpendidikan malah. Pemikirannya cerdas dan dari kalangan orang yang berada.

"Apa pendapatmu tentang paham, keyakinan dan ideologi," tanyaku.

Dia menjawab dengan sederhana, "Bang, aku tidak ada urusan dengan itu semua. Bagiku mau apa pun ya terserah saja. Bagiku yang penting yang bisa menjamin hidup aman dan sejahtera," jawabnya.

"Sesederhana itukah?" selidik ku untuk menggali lebih jauh.

"Iya bang. Aman tak ada rusuh-rusuh. Sejahtera kebutuhan dapat terpenuhi. Apa pun dan siapa pun yang bisa untuk itu aku ikut," katanya.

Aku sebagai anak sekarang, kurang menyenangi panggung sandiwara bang. Sulit menerka mana pemeran utama, mana protagonis dan mana antagonis. "Blur bang," katanya berpendapat.

Lalu aku pun bertanya bagaimana dengan agama, kan agama mengajarkan hal kebaikan dan memberikan solusi pada semua hal. "Termasuk yang kau inginkan tadi," terangku.

Dia menjawab bahwa agama itu baik, tapi lihat dulu siapa yang menyampaikannya. Jika antara kata, hati, perbuatan yang menyampaikannya berbeda dalam kenyataan inilah yang menimbulkan kebimbangan. "Kita butuh konsistensi dan garis lurus, kalau kenyataannya bengkok-bengkok ini yang jadi kebimbangan bang," jawabnya tegas.

Aku pun bertanya lagi mengapa bisa seperti itu dia dapat melakukan penilaian. "Kok bisa seperti itu kamu menilainya?" Tanyaku kembali.

Dia pun menjawab, bukan aku yang menilai bang. Aku hanya melihat dari apa yang aku lihat, dan kenyataannya memang seperti itu. Apakah abang bisa kasi solusi atas itu? Paling abang juga akan nyerah. Mau membiayai orang sakit, mau membiayai anak-anak putus sekolah, mau bayar pengobatan orang, mau bayar ambulan buat anak kecil wafat ah banyaklah bang. "Kalau pun abang mau menurut aku abang ingin dipublikasikan, berimbal jasa jadinya alias gak ikhlas. Maaf ya bang," katanya.

"Astaghfirullah hal adzim, ampun kan kami Ya Rabb. Kami telah banyak melakukan kesalahan. Kami telah banyak melakukan dosa hingga anak muda ini dapat mengambil kesimpulan seperti ini. Ya Rabb ampunkan kami ya Rabb," doa ku dalam hati.

Ini secuil kisah perbincangan yang sangat memukul batin tapi sakitnya sampai ke semua sendi. Perlu introspeksi massal, bukan menyalahkan apalagi memaksakan sesuatu. Karena salah dan benar saat ini menjadi keabuan disebabkan kenyataan dalam sudut pandang 'nano-nano' berbeda, beragam dan bercorak. (ar/ar)