![]() |
Ilustrasi politik Foto: kompasiana.com |
Entah kenapa orang itu beranggapan si Polan adalah anggota dewan. Sejak si Polan hijrah dan meninggalkan pemikiran kepartaian sejak itu juga dia meninggalkan hubungan yang berbau dengan partai. Dia lebih gemar menulis sesuatu yang nyata dalam kehidupan.
Belakangan, banyak sekali orang disekelilingnya mengarahkan untuk kembali masuk dalam sebuah partai. Dia katakan begini, "Aku akan masuk dalam sebuah partai dan akan maju untuk menjadi anggota dewan. Namun ada tiga catatan. Pertama, ada seleksi ketat dalam proses rekruitmen. Kedua, ada proses pelatihan dan pendidikan moral yang tersilabus. Ketiga, ada bealegislatif bagi yang berprestasi."
Ongkos politik adalah satu dari beberapa bagian yang mendasari seseorang untuk maju dalam sebuah pemilihan. Karena kenyataanya tidak ada yang gratis dalam pemilihan untuk menjadi anggota dewan. Menghilangkan ongkos politik dalam pemilihan mungkin pemikiran atau ide 'orang sakit'.
Mungkin akan ada yang mengatakan "Tidak ada yang gratis bung di dunia ini. Bahkan oksigen pun berbayar." Jika segala sesuatu untuk kepentingan pemilihan adalah berbayar maka selama itu juga akan ada persoalan. Bukan berarti yang gratisan juga tidak menuai persoalan nantinya.
Menjalani hidup perlu empat hal besar yang mesti dilakukan. Doa, usaha, ikhtiar dan keberanian atau nekad. Belakangan empat besar ini seperti bertambah dengan ada restu. Jadilah menjadi lima hal besar yang mesti dilakukan.
Memang tidak ada redaksi uang, namun aktivitas adalah biaya dan biaya harus ditebus dengan uang. Jadilah uang sebagai faktor penentu. Disinilah kemungkinan besar letak persoalan yang nantinya akan terjadi.
"Jadi artinya abang tidak ingin jadi anggota dewan," katanya. "Tidak, jika ada uang banyak lebih baik aku berdagang daripada menjadi anggota dewan. Kecuali ada partai yang memberikan tiga hal yang aku sampaikan tadi," kata si Polan. (ar/ar)