Jakarta (WarkopPublik)--Organisasi Islam Al Jam'iyatul Washliyah (Al Washliyah) semakin membuktikan diri untuk keumatan. Semakin gencarnya Ormas Islam yang kini berusia 85 tahun dalam berperan dan aktif dalam melakukan penguatan dakwah, pendidikan, ekonomi dan sosial, terutama pada umat Islam pedalaman yang jarang tersentuh pemerintah. Sabtu ini (30/01/2016) Al Washliyah akan menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) I di Wisma DPR Cikopo, Puncak, Jawa Barat.
Ketua Umum Pengurus Besar Al Washliyah Dr KH Yusnar Yusuf mengatakan, pihaknya akan mengimplementasikan program kerja secara nyata dari hasil Muktamar April 2015 lalu. Beberapa hal yang akan dibahas diantaranya adalah Dewan Fatwa Al Washliyah yang akan menyikapi masalah-masalah yang terjadi di Indonesia saat ini khususnya berkaitan dengan Islam.
"Banyak sekali masalah yang belakang menyinggung Islam seperti kasus Gafatar, adanya radikalisme, ini merupakan hal terpenting untuk dibahas," ujar Yusnar, Jumat (29/01/2016).
Al Washliyah juga berusaha untuk meningkatkan dakwah baik dibidang pendidikan, ekonomi dan amal sosial.
Mereka juga akan menyosialisasikan nilai-nilai kebangsaan melalui Bhinneka Tunggal Ika, melalui program Tri Kebangsaan yang telah dideklarasikan akhir Desember 2015. Terkait dengan ekonomi, Al Washliyah pun siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dengan meluncurkan Paket Ekonomi Al Washliyah (PIAWAI).
Terkait dengan penyelenggaraan haji, Al Washliyah bersikap tegas bahwa haji harus dan tetap dikelola oleh Kementerian Agama (Kemenag), sikap ini jelas sejak Ismail Banda sebagai salah satu pendiri Al Washliyah menjadi misi haji pada 1948 dalam melakukan orasi politik dua bahasa di Padang Arafah hingga pengakuan kemerdekaan Indonesia diakui negara timur tengah dan pertama sekali Merah Putih berkibar di luar negeri.
“Ini adalah amanah bahwa berdirinya Kementerian Agama yang diperjuangkan para ulama saat itu salah satunya adalah untuk megurus haji, dan itu final baik secara sejarah, fakta, dokumen dan data,’’ kata Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Al Washliyah Masyhuril Khamis di Kantor PB Al Washliyah Rawasari Jakarta Pusat, Jumat (29/01/2016).
Selama ini banyak pihak memandang sebelah mata pada umat muslim di Indonesia. Mereka tidak terlalu paham dan mampu mengembangkan bisnis.
Dalam hal ini diperlukan pembelajaran di kalangan masyarakat dan meyakinkan pemerintah, umat muslim saat ini mampu bersaing di dunia bisnis. Selain itu untuk dunia pendidikan, dengan lembaga pendidikan yang ada pihaknya berharap dapat bersaing saat masuk dunia kerja.
Penguasaan dua bahasa, Arab dan Inggris sangat penting. Beberapa lulusan pendidikan Al Washliyah di Hizbul Ali banyak yang dapat mengenyam pendidikan di Timur Tengah serti Al Azhar di Mesir dan Abu Nur di Suriah.
Mereka dapat berkuliah disana tanpa tes dengan Muadalah, penyetaraan ijazah Pesantren dengan Al Azhar Mesir. Beberapa tahun ini kualitas guru juga perlu peningkatan karena hanya tinggal 10 persen guru yang berkualitas untuk mampu membentuk siswa yang berpretasi. (rilis/ar)
Ketua Umum Pengurus Besar Al Washliyah Dr KH Yusnar Yusuf mengatakan, pihaknya akan mengimplementasikan program kerja secara nyata dari hasil Muktamar April 2015 lalu. Beberapa hal yang akan dibahas diantaranya adalah Dewan Fatwa Al Washliyah yang akan menyikapi masalah-masalah yang terjadi di Indonesia saat ini khususnya berkaitan dengan Islam.
"Banyak sekali masalah yang belakang menyinggung Islam seperti kasus Gafatar, adanya radikalisme, ini merupakan hal terpenting untuk dibahas," ujar Yusnar, Jumat (29/01/2016).
Al Washliyah juga berusaha untuk meningkatkan dakwah baik dibidang pendidikan, ekonomi dan amal sosial.
Mereka juga akan menyosialisasikan nilai-nilai kebangsaan melalui Bhinneka Tunggal Ika, melalui program Tri Kebangsaan yang telah dideklarasikan akhir Desember 2015. Terkait dengan ekonomi, Al Washliyah pun siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dengan meluncurkan Paket Ekonomi Al Washliyah (PIAWAI).
Terkait dengan penyelenggaraan haji, Al Washliyah bersikap tegas bahwa haji harus dan tetap dikelola oleh Kementerian Agama (Kemenag), sikap ini jelas sejak Ismail Banda sebagai salah satu pendiri Al Washliyah menjadi misi haji pada 1948 dalam melakukan orasi politik dua bahasa di Padang Arafah hingga pengakuan kemerdekaan Indonesia diakui negara timur tengah dan pertama sekali Merah Putih berkibar di luar negeri.
“Ini adalah amanah bahwa berdirinya Kementerian Agama yang diperjuangkan para ulama saat itu salah satunya adalah untuk megurus haji, dan itu final baik secara sejarah, fakta, dokumen dan data,’’ kata Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Al Washliyah Masyhuril Khamis di Kantor PB Al Washliyah Rawasari Jakarta Pusat, Jumat (29/01/2016).
Selama ini banyak pihak memandang sebelah mata pada umat muslim di Indonesia. Mereka tidak terlalu paham dan mampu mengembangkan bisnis.
Dalam hal ini diperlukan pembelajaran di kalangan masyarakat dan meyakinkan pemerintah, umat muslim saat ini mampu bersaing di dunia bisnis. Selain itu untuk dunia pendidikan, dengan lembaga pendidikan yang ada pihaknya berharap dapat bersaing saat masuk dunia kerja.
Penguasaan dua bahasa, Arab dan Inggris sangat penting. Beberapa lulusan pendidikan Al Washliyah di Hizbul Ali banyak yang dapat mengenyam pendidikan di Timur Tengah serti Al Azhar di Mesir dan Abu Nur di Suriah.
Mereka dapat berkuliah disana tanpa tes dengan Muadalah, penyetaraan ijazah Pesantren dengan Al Azhar Mesir. Beberapa tahun ini kualitas guru juga perlu peningkatan karena hanya tinggal 10 persen guru yang berkualitas untuk mampu membentuk siswa yang berpretasi. (rilis/ar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar