Running Text

ADVOKASI HAJI DARI DAN UNTUK JAMAAH (KLIK DI SINI) PENINGKATAN LAYANAN HAJI 2017 BUKAN CERITA 'DONGENG' (KLIK DISINI) ABDUL DJAMIL, PEMIKIR CERDAS DAN TOKOH PERUBAHAN HAJI INDONESIA (KLIK DISINI) AFFAN RANGKUTI: SELAMAT DATANG JEMAAH HAJI INDONESIA SEMOGA MENJADI HAJI MABRUR” AL WASHLIYAH MENGUCAPKAN “DIRGAHAYU KEMERDEKAAN RI KE-71, NKRI HARGA MATI” AL WASHLIYAH MENGUCAPKAN “SELAMAT JALAN JEMAAH HAJI INDONESIA 2016 SEMOGA MENJADI HAJI MABRUR” DAFTAR NAMA BERHAK LUNAS HAJI REGULER TAHAP I TAHUN 2016 (KLIK DISINI) KEMENAG DAN DPR SEPAKATI BPIH 2016 TURUN 132 USD DAFTAR NAMA BERHAK LUNAS HAJI KHUSUS TAHAP I TAHUN 2016 (KLIK DISINI) SELAMAT ATAS KEMENANGAN MUSA LA ODE ABU HANAFI YANG MERAIH JUARA KETIGA DALAM AJANG MUSABAQAH HIFZIL QURAN (MTQ) INTERNASIONAL DI MESIR SELAMAT ATAS LAHIRNYA CUCU PRESIDEN JOKO WIDODO DASAR HUKUM MENJERAT TRAVEL HAJI DAN UMRAH NAKAL (KLIK DISINI) POTENSI PDB INDUSTRI JASA UMRAH 16 TRILYUN RUPIAH PER TAHUN JOKOWI AJAK TWITTER SEBARKAN PESAN TOLERANSI DAN PERDAMAIAN MENAKAR INDUSTRI JASA HAJI DAN UMRAH NASIONAL DI ERA PASAR BEBAS ASEAN SELAMAT ATAS PELANTIKAN SOETRISNO BACHIR MENJADI KETUA KEIN KAPOLRI BERTEKAD PERANGI AKSI TEROR

Jumat, 27 November 2015

Serial 1 Ulama Sumatera Utara yang Terlupakan (Gubahan Islam: Pelita Ilmu di Kota Kerang)

Jakarta (WarkopPublik)--Syeikh Ismail Bin Abdul Wahab Harahap, Bagan Asahan (1897) memperdalam ilmu agama dengan Syeikh Hasyim Tua salah seorang ulama Tanjung Balai. Tanjung Balai sendiri adalah kota pelabuhan dan pusat pendidikan agama Islam Kesultanan Asahan. Kota ini menjadi tujuan pendidikan diantaranya dari Kerajaan Kotapinang dan Kerajaan Pane.


Melengkapi ilmu agamanya, 1925, ulama ini berangkat ke Makkah sebagai salah satu pusat intelektual Islam sedunia, selain merupakan Kota Suci tempat berkumpulnya seluruh umat Islam untuk haji. Berlanjut ke Universitas al-Azhar di Kairo tahun 1930.  Selain dakwah juga aktif dalam politik untuk menentang kolonialisme, menjabat seagai Ketua Jamiatul Khoiriyah, sebuah organisasi mahasiswa Indonesia di Mesir. Memperluas organisasi dan menjadi Ketua Persatuan Indonesia Malaya dan berhasil membangun solidaritas dan nasionalisme di jiwa para pemuda Indonesia dan Malaysia yang belajar di Mesir.

1936, dia kembali ke Tanah Air. Kedatangannya ke Tanah Air kemudian dipersulit oleh penjajah Belanda. Kewibaan dan sabar atas tekanan kolonial saat itu membuanya mendirikan sebuah institusi pendidikan Gubahan Islam di Tanjung Balai dibantu beberapa tokoh H Abdur Rahman Palahan dan H Abdul Samad.

Pendidikan yang diterapkannya di perguruan tersebut semakin lama semakin meningkat. Beberapa tahap dan level pendidikan didirikan untuk memenuhi permintaan masyarakat. Level pendidikan umum, dewasa, dan juga pendidikan politik bagi aktivis-aktivis kemerdekaan.

Dia juga terlibat dalam riset dan penelitian demi memajukan sistem sosial masyarakat di Tanjung Balai. Buku Burhan al-Makrifah adalah hasil riset yang dilakukannya.  Tulisannya pun banyak dimuat di koran. Beberapa kali Belanda mengeluarkan perintah rahasia untuk membungkamnya. Beberapa aturan dibuat khusus termasuk larangan untuk mengajar. Paska kemerdekaan, dia diangkat menjadi Ketua Nasional Kabupaten Tanjung Balai, untuk menegaskan kemerdekaan.

1946, di Tebing Tinggi, dia menggalang solidaritas ulama se-Sumatera Timur dan merumuskan beberapa fatwa untuk membantu umat dalam menghadapi kesulitan ibadah yang mereka hadapi. Rakyat di Sumater Timur menunjukkan keberaniannya untuk menurunkan bendera Jepang di Kantor Gun Sei Bu di Tanjung Balai. Sesuatu tindakan nekat untuk ukuran zaman penjajahan Jepang yang otoriter.

Pernah menadi penanggungjawab sekaligus pimpinan redaksi Majalah Islam Merdeka dan menjadi Kepala Baitul Mal Jawatan Agama atas permintaan Gubernur Sumatera Mr T M Hasan dan berkedudukan di Pematang Siantar.

Menjadi target agresi militer Belanda pertama 1947, dia memutuskan untuk mengungsi ke Pulau Simardan. Enam hari setelah agresi saat dia menungunjungi rumahnya di Jalan Tapanuli, Lorong Sipirok, Tanjung Balai untuk mengambil perbekalan dia pun ditangkap Belanda. Ditembak mati 24 Agustus 1947 dengan dakwaan sebagai propokatif pemuda Indonesia untuk merdeka. Saat itu usianya 50 tahun, dikuburkan di Penjara Simardan Tanjung Balai. (
Jul Kiev/ar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar