“Kebebasan dan kemerdekaan pers merupakan syarat utama sebuah negara demokratis. Namun demikian, akan berantakan agenda demokrasi dan akan celaka sebuah negara apabila kemerdekaan pers diartikan sebagai kebebasan tanpa batas,” ungkap Menko PMK, Puan Maharani, melalui siaran pers dari Panitia Hari Pers Nasional (HPN) 2016, dalam pertemuan di Kantor Menko Puan Maharani di Jakarta, Kamis pagi (21/01/2016).
Putri Megawati Soekarnoputri mengatakan, yang paling sering menjadi korban dari pemberitaan yang keliru adalah keluarga.
“Saya melihat sendiri di lingkungan yang dekat dengan saya bagaimana berita yang mengabaikan prinsip-prinsip dasar jurnalisme menghancurkan kehidupan seseorang dan keluarganya. Keluarga yang sering kali jadi korban dari pemberitaan yang hanya mengedepankan heboh dan tidak didasarkan pada fakta yang jelas, atau politisasi” kata putri Megawati Soekarnoputri itu,” tuturnya.
Puan menambahkan, dalam pergaulan dengan jurnalis di lapangan, masih sering ditemukan jurnalis yang terlihat tidak menguasai persoalan dan asal mengajukan pertanyaan.
Tanpa bermaksud mengecilkan upaya jurnalis menjalankan profesi, seharusnya perusahaan media memberikan perhatian ekstra terhadap kompetensi jurnalis yang diturunkan ke lapangan.
Memang ada benarnya pernyatan keras putri mantan Presiden Megawati Sukarnoputri itu. Bahwa pers harus jujur dan obyektif. Itu mungkin bagian dari traumatik keluarganya sejak orde baru, di mana keturunan Bung Karno, presiden pertama Indonesia terkurung dalam keranda politik almarhum Presiden Soeharto, 32 tahun lamanya. (pemi/ar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar