![]() |
Becak Medan Foto: qublicle.id |
Becak sendiri mengalami tiga dekade perkembangan pada sudut teknologi. Teknologi pertama saya menyebutnya Tarik Becak (Tarbet) Dengkul (sebelum 1960-an). Teknologi dimana tenaga manusia yang sekaligus sebagai pengendara untuk menggerakkan poros yang terhubung dengan tiga rodanya agar dapat bergerak dan berjalan.
Teknologi kedua saya menyebutnya Tarbet Cempreng Ice Smoke (1960-1980-an). Teknologi yang sudah menggunakan tenaga mesin dua tak. Cara menghidupkannya pun terbilang unik. Dikayuh dahulu dengan cepat agar mesin hidup dan dapat berjalan. Bunyi mesin yang khas berisik dan mengeluarkan asap tebal dari knalpotnya.
Teknologi ketiga saya menyebutnya Tarbet Dit Dit (1990-an sd sekarang). Teknologi yang sudah menggunakan tenaga mesin empat tak dengan teknologi starter. Cukup dengan menggerakkan kunci ke on dan tekan tombol start atau kick start. Suara mesin tidak berisik dan tanpa asap. Hanya saja rata-rata kepemilikan kendaraan ini diperoleh dengan kredit.
Mungkin hanya satu hal yang tidak berubah dalam perkembangan Becak Medan ini. Penampakan becak yang cenderung jauh dari artistik. Apalagi tak jarang didapati menjelang elected, jangan heran jika penampakan Becak Medan berfungsi sebagai Above The Line (ATL).
Transportasi umum lawas ini kelihatannya semakin hari semakin tertinggal dan besar kemungkinan juga akan ditinggalkan penumpang. Kehadiran transportasi daring akan lebih diminati. Karena lebih gampang, mudah, nyaman dan murah.
Akankah Becak Medan akan menjadi sejarah dan tinggal kenangan nantinya? Belum tentu, nasib si Becak Medan ada dalam tangan-tangan aktif, kreatif dan inovatif generasi milenial. Apakah generasi ini mau atau tidak untuk mempermak transportasi lawas ini menjadi transportasi keterkinian atau berteknologi Tarbet Futuritis. (ar/ar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar