![]() |
Ilustrasi Neraka Foto: diedit.com |
Saya pribadi sepakat dengan penulis, bahwa ada nilai-nilai ibadah yang bisa jadi akan tergerus sadar atau tidak. Foto atau video saat proses pelaksanaan ibadah tanpa alasan kuat memang masih menjadi perdebatan dikalangan ulama. Meski ada perbedaan, setidaknya ada konsensus bersama atas makna ibadah haji atau umrah.
Penulis seperti memberikan sinyal gugatan tentang kemabruran ibadah haji dan umrah yang dilakukan oleh para selfie dan vlog. Situasi ini juga menjadi selancar sosial bahwa ada tuntutan pembenahan pada makna dan hikmah ibadah haji dan umrah.
Pergerakan kebutuhan ibadah bisa berubah menjadi wisata. Semisal saat pelaksanaan tawaf, tak sedikit ringtone ponsel berdering bahkan berbaur dengan khidmatnya kumandang doa-doa tawaf. Apakah ini bagian dari cobaan dan godaan untuk menjadi lebih khusuk atau lemahnya ketegasan dan aturan untuk menjaga suasana saat tawaf untuk lebih khidmat.
Tuntutan pada kebutuhan hasrat fasilitas layanan tentang ibadah haji dan umrah saat ini lebih kuat dibandingkan kekhidmatan dalam ibadah. Semua akan mengatakan bahwa pelayanan semakin baik dan jamaah dimanjakan dengan berbagai fasilitas. Lalu, bagaimana kualitas ibadahnya?
Ada sisi lain dalam ibadah haji dan umrah yang sangat penting untuk dibenahi, dikuatkan, diajarkan dan ditaati untuk menjaga kualitas ibadah itu sendiri. Terimakasih kepada penulis Hasanudin Abdurakhman yang tidak segan dan sungkan untuk mengkritisi pribadi-pribadi soleh dan soleha dan memberikan pandangan untuk peningkatan kualitas ibadah.
Cara ampuh untuk memadamkan panasnya api neraka adalah dengan air mata. Air mata penyesalan, air mata istigfar, air mata tadabur dan air mata tafakur. Semoga apa yang ditulis oleh Saudara kita Hasanudin menjadi muhasabah kita bersama untuk memadamkan panasnya api neraka. (ar/ar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar