![]() |
English Vinglish Foto: wikipedia |
Shashi merupakan ibu dari dua orang anak yang kesehariannya dipenuhi aktivitas mengurus anak-anak dan suami. Tak satu pun yang luput diurusnya asal anak-anak dan suami dapat melakukan aktivitas belajar dan bekerja, berprestasi dan berkarya. Berhasilkah apa yang diperbuatnya? Jelas berhasil, karena apa yang dilakukan Shashi didasari dengan cinta dan kasih sayang tulus.
Sebagai wanita Hindustan, Shashi memegang teguh budaya dan bahasa. Berpakaian sari, rambut dikepang, berkalung mangal dan menjaga salah satu makanan khas India berupa manisan yang bernama Laadoo. Tak pernah ia mengeluh, protes pada apa yang ia jalani itu.
Walau anak sulung dan suaminya acap kali lepas kontrol yang tanpa disadari menggores hati yang paling dalam, termasuk soal ia diklaim terlahir hanya untuk membuat manisan Laadoo serta ketidak mampuannya dalam berbahasa Inggris yang dinilai anak dan suami dapat membuat malu.
Marahkah ia, tidak. Karena ia yakin bahwa apa yang dilakukannya adalah untuk keluarga, anak-anak yang sukses di masa depan dan suami dapat berkarir tinggi.
Jika beberapa sinopsis menuliskan film ini lebih cenderung pada keberhasilan dalam edukasi dimana Shashi dapat berbahasa Inggris manakala ia berusaha keras untuk itu. Dalam pidato berbahasa Inggris, ia berhasil memukau di hari pernikahan keponakannya di New York. Bahkan para hadirin yang hadir di pernikahan tersebut menangis haru.
Tak ayal, anak putri sulung dan suaminya merasa terpukul, malu dan merasa bersalah atas apa yang pernah tanpa sadar mereka perbuat kepada Shashi. Kenyataannya bahwa Shashi, wanita sekaligus ibu Hindustan yang dinilai kolot itu mampu memukau orang lain dengan bahasa Inggris yang menyentuh.
Sinopsis yang aku sajikan di sini mungkin dari sudut pandang yang berbeda. Bahwa Shashi, wanita kolot Hindustan itu mengajarkan banyak hal. Ia mengajarkan nilai-nilai rasa, filantropi dan budaya. Ia akan rela melakukan apa saja dalam artian positif agar anak dan suaminya dapat memiliki jenjang prestasi dan karir. Dia bukan butuh cinta, namun yang dibutuhkan adalah rasa kasih sayang dan saling menghargai.
Saat kita membangun satu peradaban dengan menumbuh kembangkan sikap dan sifat rasa kasih, rasa sayang, rasa filantropi dan saling menghargai maka tidak akan kita dicekoki peristiwa-peristiwa bully, tawuran, narkoba, seks bebas, sara dan lainnya.
Kunci perubahan itu ada pada wadah seorang Ibu. Ikutilah apa yang dikatakan ibu karena seorang ibu tidak akan pernah mengantarkan keluarganya kejurang kehancuran. Patuhlah kepada ibu, karena ibu tahu apa yang terbaik bagi keluarga. (ar/ar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar