![]() |
Presiden ke-8 Singapura Halimah Yakob Foto: analisadaily |
Nama Halimah tentu dalam pemikiran kita biasanya merupakan nama-nama orang 'awak' yang penampilanya berbusana baju kurung dan berkerudung. Memang, dia adalah orang 'awak' yang berkerudung berasal dari ras Melayu. Lebih kurang 46 tahun terakhir kali negeri itu tak dipimpin oleh Orang Melayu, pasca Presiden pertama Singapura Yusof Ishak. Ia dilantik secara resmi pada Kamis, 14 September 2017.
Upacara pelatikan presiden ke-8 sebagai pengganti Tony Tan Keng Yam yang masa jabatannya telah berakhir itu disaksikan oleh Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong, dan Hakim Ketua Sundaresh Menon.
Halimah adalah mantan Ketua Parlemen Singapura. Ia menjadi satu-satunya kandidat tunggal yang memenuhi syarat pemilu presiden 2017. Dua kandidat rivalnya Mohamed Salleh Marican dan Farid Khan gagal memenuhi syarat.
Halimah jadi sorotan dunia dan mengundang kontroversi. Dilansir BBC, warga Singapura khususnya melalui media sosial banyak yang menekankan bahwa Halimah adalah Presiden yang 'selected' artinya hanya dipilih oleh Komite dan bukan oleh warga Singapura atau 'elected'. Selain itu muncul tagar #NotMyPresident sebagaimana tagar yang pernah muncul di Pemilu AS usai Presiden Donald Trump terpilih.
Sebagian masyarakat Singapura juga menilai bahwa keterpilihan Halimah yang menang hanya karena calon tunggal tidak punya legitimasi yang kuat karena bukan dipilih rakyatnya.
Itu biasa dalam kompetisi kedudukan, ada kalah ada menang. Riak-riak ini sudah hal yang wajar dan tak perlu untuk ditanggapi. Terpenting adalah bahwa nama Halimah sebagai Presiden Singapura menjadi catatan takdir bahwa Perempuan Melayu berkerudung itu kini adalah seorang Presiden ke-8 Singapura.
Perempuan Melayu berkerudung itu menjadi presiden merupakan motivasi dan spirit bagi Orang Melayu untuk terus memacu dan memicu cita tinggi ke depan dan sekaligus membantah sebuah tulisan mengaitkan politik dan Orang Melayu yang mengatakan bahwa Orang Melayu tidak lagi boleh bergantung pada kata-kata keramat Hang Tuah dan kemungkinan kata-katanya tidak lagi akan menjadi kenyataan. Tak kan Melayu Hilang di Bumi. (ar/ar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar