Jakarta (WarkopPublik)--Awal tahun ini sektor pariwisata Indonesia tengah banjir prestasi awards kelas dunia. Setelah mendapatkan tiga penghargaan di UNWTO, di Mandrid, Spanyol berselang dua hari kemudian kembali dapat penghargaan pada ASEAN Tourism Association (ASEANTA), Manila. Berbagai prestasi tersebut tentunya akan berdampak positif untuk nilai jual Indonesia di mata dunia.
“Awarding di level regional dan global itu harus kita rebut.
Istilahnya kalibrasi, yakni kalau kita mengikuti kriteria yang berstandar
internasional, yang sudah teruji dan terbukti di destinasi kelas dunia, itu
sudah pasti baik,” ujar Arief Yahya, Menteri Pariwisata menangapi berbagai
penghargaan yang diraih industri pariwisata Tanah Air.
Lebih lanjut dia mengatakan, otomatis, objek wisata
Indonesia juga available dengan wisman yang sudah berpengalaman internasional
juga. Selain itu, lanjut Menpar Arief, award juga membuat kita semakin
confidence, percaya diri, bahwa kualitas layanan dan atraksi yang dimiliki
tidak kalah dari negara lain. Melihat potensi pariwisata Indonesia, memang
tidak boleh merasa rendah diri apalagi merasa rendah,” ucapnya penuh semangat.
Berbagai prestasi tersebut juga mendongkrak kredibilitas
Indonesia di dunia internasional. Apalagi award itu diperoleh dengan cara-cara
yang fair, betul-betul karena kualitas, dan dikeluarkan oleh lembaga yang
kredibel. Sebut saja pemerintah Kabupaten Banyuwangi yang memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mempromosikan potensi dan
mengembangkan pariwisatanya berhasil meraih penghargaan pada kategori Inovasi
Kebijakan Publik dan Pemerintahan pada The 12th UNWTO Awards for Excellence and
Innovation in Tourism. Penghargaan tersebut diberikan dalam sebuah acara Gala
Dinner pada Rabu, 20 Januari 2016, di Madrid, Spanyol. Kabupaten Banyuwangi menyisihkan
tiga kandidat lain dari Kenya, Kolombia dan Puerto Rico.
Pada 18 Januari 2016, Kabupaten Banyuwangi mempresentasikan
tema besar mengenai strategi pengembangan pariwisata berkelanjutan dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di bidang pariwisata pada
the 12th UNWTO Awards Forum juga di Madrid, Spanyol. Dalam presentasinya
Banyuwangi memaparkan, bagaimana daerah mengidentifikasi potensi wisata yang
dimilikinya, menjaga kearifan lokalnya, hingga mengembangkan pariwisata bersama
dengan para pemangku kepentingan pariwisata lainnya. Disebutkan pula bahwa
faktor penentu perkembangan pariwisata di Banyuwangi adalah pencanangan program
ekoturisme yang berpatokan pada dua hal, budaya dan keindahan alam.
“Indonesia harus menjadi leader, pemimpin di regional ASEAN
dan menuju ke global. Penghargaan dari ASEANTA dan UN-WTO itu adalah bukti,
bahwa jika serius, tidak ada yang tidak bisa,” katanya
Ada 14 pilar yang kita pakai sebagai acuan, yang juga
dijadikan alat ukur competitiveness index oleh World Economic Forum (WEF).
Jadi, sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui. Membangun destinasi
dengan standar dunia, membuat objek wisata semakin bagus, bisa dikompetisikan
di tingkat dunia dan berpotensi menang. Karena itu Menpar Arief Yahya memproyeksikan
untuk menyapu bersih ASEANTA Award tahun depan. Sekaligus menemukan destinasi
baru yang akan diformat menjadi calon-calon jawara.
“Sekaligus ajang kompetisi yang fair. Kita punya banyak
potensi kok,” akunya.
Menpar menyebut 10 destinasi unggulan yang akan menjadi 10
“Bali baru”. Dari Toba, Tanjung Kelayang Belitung, Tanjung Lesung Banten, Pulau
Seribu Jakarta, Borobudur Jawa Tengah, Bromo Jawa Timur, Mandalika Lombok,
Labuan Bajo NTT, Wakatobi Sultra dan Morotai Maltara. (indopos/ar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar