Menanggapi hal itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
Sudirman Said mengatakan akan mencari informasi lebih lanjut mengenai rencana
PHK karyawan Chevron di Tanah Air. Pihaknya akan mencari solusi yang dapat
mengantisipasi terjadinya hal tersebut. Apalagi, anjloknya harga minyak dunia
tidak hanya dirasakan Chevron.
"Kita akan mendengar dulu apa yang terjadi di lapangan (soal rencana
Chevron PHK karyawan). Kita lakukan antisipasi apa. Ini (penurunan harga minyak
dunia) kan terjadi di seluruh dunia," ujaranya, dikutip dari Sindonews beberapa
waktu lalu di Balai Kartini, Jakarta.
Menurut Sudirman, jika rencana PHK tersebut benar pemerintah tidak bisa
ikut campur lebih jauh. Pemerintah tidak memiliki kewenangan karena hal
tersebut merupakan keputusan korporasi.
"Itu kan tindakan korporasi Chevron. Kita enggak bisa ikut campur.
Pemerintah hanya bisa antisipasi dampak sosial yang mugkin terjadi. Aspek
sosial lain," imbuh Sudirman.
Mantan bos PT Pindad (Persero) ini menyebutkan, meski pemangkasan
karyawan Chevron terjadi pihaknya yakin target produksi minyak nasional tidak
akan terganggu. "Yang saya pahami, mereka bukan menurunkan target,
tapi efisiensi. Memotong yang bisa dihemat dengan satu catatan target tetap
dilakukan," tandasnya.
Dampak anjloknya harga minyak dunia memaksa Chevron dan perusahaan lain
memutar otak agar bisa bertahan di tengah situasi yang tidak menguntungkan.
Sebagai informasi, Chevron beroperasi di Tanah Air sejak 1924, dengan
wilayah kerja di Kalimantan dan Sumatera. Di Sumatera, Chevron mengoperasikan
dua lapangan utama, yaitu Duri dan Minas. Mereka juga mengoperasikan Pelabuhan
Dumai, yang menjadi terminal pengangkutan minyak terakhir.
Sementara di Kalimantan Timur, wilayah kerja Chevron terdiri dari North
Area, South Area, dan West Seno. Sayang, sepanjang 2015 Chevron gagal mengebor
49 sumur eksplorasi. (ar/ar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar